Di akhir zaman, seperti zaman kita ini, sebelum datangnya hari kiamat  akan ada hari-hari yang di dalamnya turun dan tersebar kejahilan yang  disebabkan oleh malasnya manusia dan enggannya mereka dari menuntut ilmu  agama, yaitu ilmu tentang Al-Qur’an dan Sunnah. Nabi-shollallahu alaihi  wasallam- bersabda,
إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيْهَا الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ الْعِلْمُ
“Sesungguhnya di depan hari kiamat ada hari-hari yang kejahilan diturunkan di dalamnya, dan ilmu diangkat”. (HR. Al-Bukhoriy : 6654)
Banyak diantara  sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam yang  dilalaikan orang pada hari ini sehingga terkadang menjadi sesuatu yang  mahjur (ditinggalkan).
Inilah yang pernah diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau bersabda dalam sebuah hadits,
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ غَرِيْبًا فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali (asing),  sebagaimana ia muncul dalam keadaan asing. Maka beruntunglah orang-orang  asing“. [HR. Muslim dalam Kitab Al-Iman (232)]
Keterangan Islam mulai tersebar di Mekkah dalam keadaan sangat asing.  Sangat sedikit penganut dan pendukungnya kalau dibandingkan dengan  penentangnya. Kemudian setelah itu Islam tersebar ke seluruh pelosok  dunia sehingga dianut oleh dua pertiga penduduk dunia. Kemudian Islam  kembali asing dan dirasa ganjil dari pandangan dunia, bahkan dari  pandangan orang Islam sendiri. Sebagian dari orang Islam merasa ganjil  dan aneh bila melihat orang Islam yang iltizam (komitmen) dengan Islam  dan mengamalkan tuntutan Islam yang sebenamya. Seorang yang iltizam  dengan Islam dipandang dingin oleh masyarakat dan sukar untuk diterima  sebagai individu yang sehat. Contohnya, kalau ada sesuatu program  kemasyarakatan kemudian masuk waktu shalat, tiba-tiba ada orang yang  minta izin untuk menunaikan shalat, maka tindakan itu dianggap tidak  sopan dan kurang wajar. Sedangkan orang yang tidak shalat sambil  bersenda- gurau ketika orang lain shalat tidak dianggap sebagai  perbuatan yang salah dan terkutuk. Begitulah seterusnya nasib Islam di  akhir zaman. Ia akan terasing dan tersisih dari masyarakat, bahkan  tersisih dari pandangan orang Islam sendiri yang mengaku sebagai Umat  Islam dan marah jika dikatakan dia bukan orang Islam.
= = = = = = =
Sesungguhnya keajaiban manusia di akhir zaman ini sangat banyak dan  nyata sekali. Terkadang kita kurang jeli memperhatikannya sehingga  terlihat dunia ini berjalan baik-baik saja. Namun, bila kita cermati  dengan baik, kita akan menemukan segudang keajaiban dan keanehan dalam  kehidupan manusia akhir zaman dan hampir dalam semua lini kehidupan.  Keajaiban yang kita maksudkan di sini bukan terkait dengan persitiwa  alam seperti gempa bumi, tsunami dan sebagainya, atau kejadian yang  aneh-aneh lainnya, melainkan pola fikir manusia yang paradoks yang  berkembang biak di akhir zaman ini.
Berikut ini adalah sebagian kecil dari cara berfikir paradoks yang  berkembang akhir-akhir ini dalam masyarakat luas. Lebih ajaib lagi,  model berfikir paradoks tersebut malah dimiliki pula oleh sebagian umat  Islam baik dari kalangan awam, terpelajar, politisi, pengusaha dan  bahkan sebagian Ustadz, Kyai dan para tokoh mereka. Kaum muslimin pun  banyak yang “membebek” dan mengikuti pola pikir mereka yang diantaranya  adalah sebagai berikut :
MEDIA
Apa saja yang dituliskan dalam Koran dan Majalah, dengan  mudah orang mempercayainya kendati itu hanya berupa tulisan manusia  biasa yang belum teruji kebenarannya dan dibuat oleh penulis yang  dipertanyakan pemahaman agamanya. Membaca dan mempelajarinya dianggap  sebagai lambang kemajuan dan menambah “wawasan”.
 
Akan tetapi, apa yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadits belum  tentu langsung dipercayai dan diyakini kebenarannya, kendati mengaku  sebagai Muslim. Padahal kebenaran Al-Qur’an sudah teruji sepanjang masa  dari berbagai sisi ilmu pengetahuan. Akhir-akhir ini muncul anggapan  bahwa memahami Al-Qur’an dan Hadits jangan letter lecht dan tidak bisa  diterima “mentah-mentah” namun harus “dibumikan dahulu” agar sesuai  dengan kondisi kekinian..
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula  bagi perempuan yang mu’minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah  menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)  tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya  maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S.  Al-Ahzab: 36)
 
POLA HIDUP
Tidak sedikit manusia, termasuk yang mengaku Muslim yakin dan  bangga dengan sistem hidup ”ala amerika atau eropa”  kendati sistem yang  mereka yakini dan banggakan itu sendiri menyebabkan hidup mereka kacau  dan mereka selalu menghadapai berbagai kezaliman dan ketidak adilan dari  para penguasa negeri mereka. Mereka masih saja mengklaim : inilah  sistem sosial yang paling cocok dan sesuai dengan perkembangan zaman  modern.
Namun, bila ada yang mengajak dan menyeru untuk kembali kepada hukum  Islam, maka orang akan menuduh ajakan dan seruan itu akan membawa kepada  keterbelakangan, kekerasan dan terorisme, padahal mereka tahu bahwa  Islam itu diciptakan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala untuk keselamatan  dunia dan akhirat dan Allah Ta’ala mustahil keliru dan tidak mungkin  akan menzalimi hamba-Nya.
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali  tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat  termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali ‘Imran : 85).
JENGGOT
Ketika seorang Yahudi atau pemuka agama lain memanjangkan  jenggotnya, orang akan mengatakan dia sedang menjalankan ajaran agamanya  dengan penuh ketaatan. Seorang artis atau public figure yang berjenggot  dikatakan terlihat “modis” dan “tampil beda” dengan variasi penampilan. Namun, saat seorang Muslim memelihara jenggotnya, dengan mudah orang  menuduhnya fundamentalis, “aliran garis keras” atau teroris yang selalu  harus dicurigai khususnya saat masuk ke tempat-tempat umum seperti hotel  dan sebagainya. Dengan enteng mereka mengejeknya dan mengatakan  “kambing berjalan..!!!” Juga dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berbedalah dengan orang-orang musyrik;  potonglah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim no. 625).
TOLERANSI
Bila ada orang atau kelompok yang dengan nyata-nyata merusak dan  melecehkan ajaran Islam yang sangat fundamental, seperti masalah Rabb,  Al-Qur’an dan pribadi Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka  orang dengan gampang mengatakan yang demikian itu adalah kebebasan  mengeluarkan pendapat dan berekspresi dalam menafsirkan agama.
JUBAH
Jika seorang Biksu atau Pendeta memakai jubah dan pakaian  “kebesaran”nya, orang memandang bahwa merekalah orang terbaik diantara  mereka sehingga layak berpenampilan seperti itu sebagai wujud kepatuhan  terhadap agamanya yang mulia. Sayangnya, jika seorang Ikhwan memakai ghamis, dan jubah karena ingin  mencontoh suri tauladan Rosulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam  hal berpakaian, tanpa rasa bersalah mereka mengatakan “…sok alim” dan  berujar “kita tidak sedang hidup di negeri Arab..” Adapun memakai Celana  dengan tidak boleh isbal (melebihi mata kaki) dikatakan : “kebanjiran…”
 “Pakaian yang disukai oleh Rasulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam adalah pakaian gamis”. (Asy-Syaikh  Al-Albani menshahihkan haditsnya dalam tahqiq beliau terhadap kitab  Mukhtashar Asy-Syama`il Al-Muhammadiyah karya Imam At-Tirmizi, pada  hadits no. 46.) 
Dan hadits ‘Aisyah radhiyallahu’anha: “Bagian kain sarung yang  terletak di bawah mata kaki berada di dalam neraka.” (HR. Ahmad,  6/59,257).
CADAR
Bila Akhwat Muslimah menutup auratnya dengan jilbab, hijab  atau cadar, maka orang lagi-lagi akan menuduh mereka terbelakang dan  tidak sesuai dengan zaman, tampil “seperti NINJA” atau “GORDEN BERJALAN”   padahal mereka yang menuduh itu katanya adalah para penganut paham  demokrasi, yang katanya setiap orang bebas menjalankan keyakinan  masing-masing.
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak  perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: hendaklah mereka mengulurkan  jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih  mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu..”  (QS.  Al-Ahzab: 59)
PEKERJAAN
Bila wanita Barat tinggal di rumah dan tidak bekerja di luar  karena menjaga, merawat rumah dan mendidik anaknya, maka orang akan  memujinya karena ia rela berkorban dan tidak bekerja di luar rumah demi  kepentingan rumah tangga dan keluarganya. Namun, bila wanita Muslimah tinggal di rumah menjaga harta suami,  merawat dan mendidik anaknya, maka orang akan menuduhnya “terjajah” dan  harus dimerdekakan dari dominasi kaum pria atau apa yang sering mereka  katakan dengan kesetaraan gender dan “emansipasi”.
“Tetaplah kalian tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah  kalian bertabarruj sebagaimana tabarrujnya orang-orang jahiliah yang  awal.” (Al-Ahzab: 33)
PENAMPILAN
Setiap  wanita Barat bebas ke kampus dan ke pasar dengan  berbagai atribut hiasan dan pakaian yang “serba minim”, ketat dan  menampakkan lekuk tubuhnya, dengan alasan itu mereka katakan adalah hak  asasi mereka dan kemerdekaan mengekpresikan diri.
Namun, bila wanita Muslimah yang ke kampus atau ke tempat kerja  dengan memakai pakaian Islaminya, maka orang akan menuduhnya “eksklusif”  dan berfikiran sempit tidak sesuai dengan peraturan dan paradigma  kampus atau tempat kerja mereka.
“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka  menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka  menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.”  (Q.S An-Nur: 31)
PENDIDIKAN
Bila anak-anak mereka sibuk dengan berbagai macam mainan yang  mereka ciptakan, mereka akan mengatakan ini adalah pembinaan bakat,  kecerdasan dan melatih kreativitas sang anak.
Namun, bila anak Muslim dibiasakan mengikuti pendidikan praktis  agamanya atau masuk “Pondok Pesantren”, maka orang akan mengatakan bahwa  pola pendidikan seperti itu “tidak punya harapan” dan memiliki masa  depan yang suram. Padahal menuntut ilmu agama itu yang nomor satu baru kemudian ilmu umum.
“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” Hadits hasan diriwayatkan oleh sejumlah shahabat. Dishohihkan oleh Al-Albâny dalam 
Takhrîj Musykilatul Faqr hal 80.
JIHAD
Ketika Yahudi atau Nasrani membunuh dan membantai seseorang,  atau melakukan Agresi ke negeri Islam khususnya di Palestina,  Afghanistan, dan sebagainya, tidak ada yang mengaitkannya dengan agama  mereka. Bahkan mereka mengatakan itu adalah hak mereka dan demi  menyelamatkan masyarakat Muslim yang ada di sana. Akan tetapi, bila kaum Muslim berjihad melawan Agresi Yahudi atas  Palestina, atau Amerika di Afghanistan, mereka pasti akan  mengaitkannya dengan Islam dan menuduh kaum Muslim tersebut sebagai  Milisi pemberontak dan teroris.
“Barangsiapa yang menyerang kamu maka seranglah ia, sebanding dengan serangannya terhadapmu.” (Al-Baqarah: 194)
 = = = = = = =
Semua ini disebabkan karena kurangnya perhatian kaum muslimin  terhadap agamanya dan sunnah Rasul-Nya-shollallahu alaihi wasallam-.  Kurangnya perhatian mereka menuntut ilmu syar’i karena kesibukan duniawi  yang memalingkan mereka. Sementara mereka tak ada perhatian lagi dengan  majelis ilmu dan majelis ta’lim. Akibatnya, agama dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terasa asing dan aneh di sisi mereka.
Fenomena berlombanya kaum muslimin memperbanyak harta benda dan  fasilitas duniawi sehingga membuat mereka lupa terhadap agamanya  merupakan sebab tersebarnya kejahilan. Jika semakin hari, semakin  tersebar kejahilan, maka ketahuilah bahwa ini adalah salah satu diantara  ciri dan tanda dekatnya hari kiamat.
Sumber artikel:
kaahil.wordpress.com: bagai menggenggam bara api islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula dalam keadaan asing maka berbahagialah orang-orang dikatakan asing
www.salaf.web.id: tanda-tanda akhir zaman islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana ia muncul dalam keadaan asing maka beruntunglah orang-orang asing.