Jumat, 07 Agustus 2015

Contoh Ayat yang Mengandung Bacaan Idzhar Halqi

Idzhar Halqi merupakan hukum bacaan dalam ilmu tajwid yang hukumnya dibaca dengan jelas jika terdapat “Nun mati" atau "fathah tanwin" atau "kasrah tanwin" atau "dommah tanwin” bertemu/berhadapan dengan 6 huruf-huruf berikut.
Adapun huruf-huruf tersebut, yaitu: أ ، ح ، خ ، ع ، غ ، ه

Contoh di dalam Al Quran nun mati ( نْ ) atau fathah tanwin ( ً  ) atau kasrah tanwin (ٍ  ) atau dommah tanwin (  ٌ ) bertemu huruf-huruf idzhar halqi:


1. Alif (أ)
( نْ ):
- Al Lail ayat 5:
فَأَمّا مَن أَعطىٰ وَاتَّقىٰ
- Ar Rahman ayat 54
- An Nahl ayat 2

(ٍ  ):
-Al ghasiyah ayat 5:
تُسقىٰ مِن عَينٍ آنِيَةٍ
- Ar Rahman ayat 44
- An Naml ayat 12, 16

( ً  ) :
- Al Ikhlas ayat 4:
وَلَم يَكُن لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
- Al Fil ayat 3
- Al A'la ayat 5
- Al Baqarah 286
- Al Jumu'ah ayat 11

(  ٌ  )
- Al Ghasiyah ayat 6:
لَيسَ لَهُم طَعامٌ إِلّا مِن ضَريعٍ
- Al Baqarah ayat 45
- An Naml ayat 39


2. Ha (ح)
( نْ ):
- Al Kautsar ayat 2:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانحَر
- Al Baqarah ayat 6, 35
- An Nahl ayat 36
( ً  ):
- Al Ghassiyah ayat 4:
تَصلىٰ نارًا حامِيَةً
- Al Fath ayat 4
- An Nahl ayat 67, 75

(ٍ  ):
- Ar Rahman ayat 76:
مُتَّكِئينَ عَلىٰ رَفرَفٍ خُضرٍ وَعَبقَرِيٍّ حِسانٍ
- Yunus ayat 97
- An Nisa ayat 86

(   ٌ):
- Al Qari'ah ayat 11: 
نارٌ حامِيَةٌ
- Ar Rahman ayat 70
- Al Baqarah 225


3. Kha (
(   ً):
- Al Ahzab ayat 34 :
وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَىٰ فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا
- An Nisa ayat 14
- Maryam ayat 3

( نْ ):
- Al Qari'ah ayat 8:
وَأَمّا مَن خَفَّت مَوازينُهُ
- Ar Rum ayat 20,21
- Al Baqarah ayat 182

(ٍ  ):
- Al Alaq ayat 16:
ناصِيَةٍ كاذِبَةٍ خاطِئَةٍ
- Al Ghasiyyah ayat 2
- Ar Rahman ayat 76

(  ٌ  )
- An Nazi'at ayat 12:
قَالُوا تِلْكَ إِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ
- Al Ahzab ayat 21
- At Tur ayat 15
- Yunus ayat 77
- Asy Syua'ara ayat 56

4. 'Ain (ع)
(  ً):
- Al Insiqaq ayat 19:
لَتَركَبُنَّ طَبَقًا عَن طَبَقٍ
- Al Fath ayat 3, 5, 7
- Al Baqarah ayat 241

( نْ ): 
- Al Alaq ayat 2:
 خَلَقَ الإِنسانَ مِن عَلَقٍ
- Al Insiqaq ayat 1
- 'Abasa ayat 12

(ٍ  ):
- At Takatsur ayat 8:
ثُمَّ لَتُسأَلُنَّ يَومَئِذٍ عَنِ النَّعيمِ
-Al Lail ayat 19
- Al Fajr ayat 2
- Al Baqarah ayat 29, 36, 90

(  ٌ  )
- Al Baqarah ayat 7:
خَتَمَ اللَّهُ عَلىٰ قُلوبِهِم وَعَلىٰ سَمعِهِم ۖ وَعَلىٰ أَبصارِهِم غِشاوَةٌ ۖ وَلَهُم عَذابٌ عَظيمٌ
-Al Baqarah ayat 18, 38
- An Naml ayat 23
- Yasin ayat 10


5. Ghain (غ)
(  ً):
- Asy Syu'ara ayat 29 :
قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَـٰهًا غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ
- Al Baqarah ayat 59
- Al Qalam ayat 3

( نْ ):
- Al Haqqah ayat 36:
 وَلَا طَعَامٌ إِلَّا مِنْ غِسْلِينٍ
- At Turl ayat 35
- Fussilat ayat 32

(ٍ  ):
- Luqman ayat 24:
نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلًا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَىٰ عَذَابٍ غَلِيظٍ
- Al Fathir ayat 3
- Al Qassas ayat 38
- Hud ayat 58

(  ٌ  )
- At Tin ayat 6: 
إِلَّا الَّذينَ آمَنوا وَعَمِلُوا الصّالِحاتِ فَلَهُم أَجرٌ غَيرُ مَمنونٍ
- Al Mujaddilah ayat 2
- An Nahl ayat 21
- Al Anfal ayat 29


6. Ha (ه)
( نْ ):
- Al Alaq ayat 9:
أَرَأَيتَ الَّذي يَنهىٰ
- Al Bayyinah ayat 8
- As Saffat ayat 163

 :(   ً)
- Al Hajj ayat 67:
لِّكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ ۖ فَلَا يُنَازِعُنَّكَ فِي الْأَمْرِ ۚ وَادْعُ إِلَىٰ رَبِّكَ ۖ إِنَّكَ لَعَلَىٰ هُدًى مُّسْتَقِيمٍ 
- Al An'am ayat 47, 84


(ٍ  )
- Maryam ayat 74:
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِئْيًا
- Ar Rahman ayat 29
- As Sajdah ayat 13
- Al A'raf ayat 52

(  ٌ  )
: Al Qadr ayat 5-
سَلامٌ هِيَ حَتّىٰ مَطلَعِ الفَجرِ


- Yunus ayat 77
- At Tur ayat 15

dan masih banyak lainnya

Mohon dicek lagi

[example of tajweed: izhar halqi]

Rabu, 05 Agustus 2015

SUNNAH, Bukan Berarti Tidak Dikerjakan Tidak Apa-Apa


Sunnah (سنة ˈsunnah, plural سنن sunan) adalah kata Arab yang berarti "kebiasaan" atau "biasa dilakukan". Secara istilah sunnah adalah jalan yang di tempuh oleh rasulullah dan para sahabatnya, baik ilmu, keyakinan, ucapan, perbuatan, maupun penetapan.

Ada orang yang mengartikan hukum amalan sunnah sebagai suatu amalan yang jika diamalkan akan mendapat pahala, dan apabila ditingggalkan tidak mendapatkan dosa atau bahkan ada yang bilang tidak apa-apa.
"... jika tidak dikerjakan tidak apa-apa.",
hal  ini bisa jadi pemicu banyaknya orang enggan mengerjakan sunnah Nabi saw. karena mungkin mereka berpikir "ditinggalkan toh tidak apa-apa, tidak berdosa. Cari pahala cukup dengan rajin mengerjakan amalan wajib."

Benarkah kalau kemudian tidak apa-apa karena tidak mendapatkan dosa?
Sebenarnya tidak juga. Kenapa?

Karena ketika kita meninggalkan amalan sunnah memang kita tidak akan mendapat dosa, namun kita juga tidak mendapat pahala yang sebenarnya telah disediakan untuk kita ambil.
Selain itu, jika hanya mengerjakan amalan wajib berarti hanya membuat Allah tidak marah kepada kita. Namun bila kita juga mengerjakan amalan sunnah berarti Allah akan sayang kepada kita.
Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa golongan umat Islam yang akan selamat dari 73 golongan setelah Nabi Muhammad saw wafat adalah golongan ahlus sunnah waljamaah.
Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah suatu golongan yang telah Rasulullah SAW janjikan akan selamat di antara golongan-golongan yang ada. Landasan mereka bertumpu pada AlQuran & ittiba'us sunnah (mengikuti as-Sunnah) dengan menuruti apa yang dibawa oleh nabi baik dalam masalah ‘aqidah, ibadah, petunjuk, tingkah laku, akhlak,ucapan dan selalu menyertai jama'ah(kebersamaan) kaum Muslimin.

Artinya jika meninggalkan amalan sunnah bukannya tidak apa-apa tetapi kita telah merugi.

Seperti firman Allah dalam surat Al 'Ashr ayat 1 - 3 yang artinya: 
1) Demi masa, 
2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 
3) Melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menatapi kesabaran.



Maka dari itu agar tidak merugi perbanyaklah amal saleh termasuk amalan-amalan sunnah yang baik tentunya.
Sunnah juga harus dikerjakan jika mau menjadi orang yang beruntung. Sebisa mungkin berusaha untuk mengerjakannya selagi tidak sedang terdesak.
Bedanya dengan wajib, kalau wajib jika tidak bisa mengerjakan harus menggantinya di lain waktu, tapi kalau sunnah tidak perlu mengganti.

Contoh amalan sunnah: shalat rawatib, dhuha, tahajud, puasa senin kamis, membaca surat-surat pendek saat sholat, mandi, memakai wewangian sebelum salat Jum'at, dll.

Sebagai motivasi tanamkan dalam diri kita bahwa sunnah itu jika dikerjakan selain akan mendapat pahala juga disayang Allah serta menjadikan kita sebagai orang yang beruntung, sedangkan jika sunnah (dengan mudahnya) ditinggalkan berarti kita telah merugi.


Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Sunnah
http://muslimmenjawabgugatan.blogspot.com/2012/07/6-menjawab-gugatan-siapa-ahlus-sunnah.html

Rabu, 07 Agustus 2013

Tanda akhir zaman: Islam Datang dan Kembali Dalam Keadaan Asing

Di akhir zaman, seperti zaman kita ini, sebelum datangnya hari kiamat akan ada hari-hari yang di dalamnya turun dan tersebar kejahilan yang disebabkan oleh malasnya manusia dan enggannya mereka dari menuntut ilmu agama, yaitu ilmu tentang Al-Qur’an dan Sunnah. Nabi-shollallahu alaihi wasallam- bersabda,
إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيْهَا الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ الْعِلْمُ
Sesungguhnya di depan hari kiamat ada hari-hari yang kejahilan diturunkan di dalamnya, dan ilmu diangkat”. (HR. Al-Bukhoriy : 6654)
Banyak diantara  sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam yang dilalaikan orang pada hari ini sehingga terkadang menjadi sesuatu yang mahjur (ditinggalkan).
Inilah yang pernah diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau bersabda dalam sebuah hadits,
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ غَرِيْبًا فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ
Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali (asing), sebagaimana ia muncul dalam keadaan asing. Maka beruntunglah orang-orang asing“. [HR. Muslim dalam Kitab Al-Iman (232)]
Keterangan Islam mulai tersebar di Mekkah dalam keadaan sangat asing. Sangat sedikit penganut dan pendukungnya kalau dibandingkan dengan penentangnya. Kemudian setelah itu Islam tersebar ke seluruh pelosok dunia sehingga dianut oleh dua pertiga penduduk dunia. Kemudian Islam kembali asing dan dirasa ganjil dari pandangan dunia, bahkan dari pandangan orang Islam sendiri. Sebagian dari orang Islam merasa ganjil dan aneh bila melihat orang Islam yang iltizam (komitmen) dengan Islam dan mengamalkan tuntutan Islam yang sebenamya. Seorang yang iltizam dengan Islam dipandang dingin oleh masyarakat dan sukar untuk diterima sebagai individu yang sehat. Contohnya, kalau ada sesuatu program kemasyarakatan kemudian masuk waktu shalat, tiba-tiba ada orang yang minta izin untuk menunaikan shalat, maka tindakan itu dianggap tidak sopan dan kurang wajar. Sedangkan orang yang tidak shalat sambil bersenda- gurau ketika orang lain shalat tidak dianggap sebagai perbuatan yang salah dan terkutuk. Begitulah seterusnya nasib Islam di akhir zaman. Ia akan terasing dan tersisih dari masyarakat, bahkan tersisih dari pandangan orang Islam sendiri yang mengaku sebagai Umat Islam dan marah jika dikatakan dia bukan orang Islam.

= = = = = = =
Sesungguhnya keajaiban manusia di akhir zaman ini sangat banyak dan nyata sekali. Terkadang kita kurang jeli memperhatikannya sehingga terlihat dunia ini berjalan baik-baik saja. Namun, bila kita cermati dengan baik, kita akan menemukan segudang keajaiban dan keanehan dalam kehidupan manusia akhir zaman dan hampir dalam semua lini kehidupan. Keajaiban yang kita maksudkan di sini bukan terkait dengan persitiwa alam seperti gempa bumi, tsunami dan sebagainya, atau kejadian yang aneh-aneh lainnya, melainkan pola fikir manusia yang paradoks yang berkembang biak di akhir zaman ini.
Berikut ini adalah sebagian kecil dari cara berfikir paradoks yang berkembang akhir-akhir ini dalam masyarakat luas. Lebih ajaib lagi, model berfikir paradoks tersebut malah dimiliki pula oleh sebagian umat Islam baik dari kalangan awam, terpelajar, politisi, pengusaha dan bahkan sebagian Ustadz, Kyai dan para tokoh mereka. Kaum muslimin pun banyak yang “membebek” dan mengikuti pola pikir mereka yang diantaranya adalah sebagai berikut :

MEDIA
Apa saja yang dituliskan dalam Koran dan Majalah, dengan mudah orang mempercayainya kendati itu hanya berupa tulisan manusia biasa yang belum teruji kebenarannya dan dibuat oleh penulis yang dipertanyakan pemahaman agamanya. Membaca dan mempelajarinya dianggap sebagai lambang kemajuan dan menambah “wawasan”.

Akan tetapi, apa yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadits belum tentu langsung dipercayai dan diyakini kebenarannya, kendati mengaku sebagai Muslim. Padahal kebenaran Al-Qur’an sudah teruji sepanjang masa dari berbagai sisi ilmu pengetahuan. Akhir-akhir ini muncul anggapan bahwa memahami Al-Qur’an dan Hadits jangan letter lecht dan tidak bisa diterima “mentah-mentah” namun harus “dibumikan dahulu” agar sesuai dengan kondisi kekinian..
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang mu’minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Ahzab: 36)

POLA HIDUP
Tidak sedikit manusia, termasuk yang mengaku Muslim yakin dan bangga dengan sistem hidup ”ala amerika atau eropa”  kendati sistem yang mereka yakini dan banggakan itu sendiri menyebabkan hidup mereka kacau dan mereka selalu menghadapai berbagai kezaliman dan ketidak adilan dari para penguasa negeri mereka. Mereka masih saja mengklaim : inilah sistem sosial yang paling cocok dan sesuai dengan perkembangan zaman modern.
Namun, bila ada yang mengajak dan menyeru untuk kembali kepada hukum Islam, maka orang akan menuduh ajakan dan seruan itu akan membawa kepada keterbelakangan, kekerasan dan terorisme, padahal mereka tahu bahwa Islam itu diciptakan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala untuk keselamatan dunia dan akhirat dan Allah Ta’ala mustahil keliru dan tidak mungkin akan menzalimi hamba-Nya.
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali ‘Imran : 85).

JENGGOT
Ketika seorang Yahudi atau pemuka agama lain memanjangkan jenggotnya, orang akan mengatakan dia sedang menjalankan ajaran agamanya dengan penuh ketaatan. Seorang artis atau public figure yang berjenggot dikatakan terlihat “modis” dan “tampil beda” dengan variasi penampilan. Namun, saat seorang Muslim memelihara jenggotnya, dengan mudah orang menuduhnya fundamentalis, “aliran garis keras” atau teroris yang selalu harus dicurigai khususnya saat masuk ke tempat-tempat umum seperti hotel dan sebagainya. Dengan enteng mereka mengejeknya dan mengatakan “kambing berjalan..!!!” Juga dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berbedalah dengan orang-orang musyrik; potonglah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim no. 625).

TOLERANSI
Bila ada orang atau kelompok yang dengan nyata-nyata merusak dan melecehkan ajaran Islam yang sangat fundamental, seperti masalah Rabb, Al-Qur’an dan pribadi Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka orang dengan gampang mengatakan yang demikian itu adalah kebebasan mengeluarkan pendapat dan berekspresi dalam menafsirkan agama.

JUBAH
Jika seorang Biksu atau Pendeta memakai jubah dan pakaian “kebesaran”nya, orang memandang bahwa merekalah orang terbaik diantara mereka sehingga layak berpenampilan seperti itu sebagai wujud kepatuhan terhadap agamanya yang mulia. Sayangnya, jika seorang Ikhwan memakai ghamis, dan jubah karena ingin mencontoh suri tauladan Rosulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam hal berpakaian, tanpa rasa bersalah mereka mengatakan “…sok alim” dan berujar “kita tidak sedang hidup di negeri Arab..” Adapun memakai Celana dengan tidak boleh isbal (melebihi mata kaki) dikatakan : “kebanjiran…”
“Pakaian yang disukai oleh Rasulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam adalah pakaian gamis”. (Asy-Syaikh Al-Albani menshahihkan haditsnya dalam tahqiq beliau terhadap kitab Mukhtashar Asy-Syama`il Al-Muhammadiyah karya Imam At-Tirmizi, pada hadits no. 46.)
Dan hadits ‘Aisyah radhiyallahu’anha: “Bagian kain sarung yang terletak di bawah mata kaki berada di dalam neraka.” (HR. Ahmad, 6/59,257).
CADAR
Bila Akhwat Muslimah menutup auratnya dengan jilbab, hijab atau cadar, maka orang lagi-lagi akan menuduh mereka terbelakang dan tidak sesuai dengan zaman, tampil “seperti NINJA” atau “GORDEN BERJALAN”  padahal mereka yang menuduh itu katanya adalah para penganut paham demokrasi, yang katanya setiap orang bebas menjalankan keyakinan masing-masing.
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu..”  (QS. Al-Ahzab: 59)

PEKERJAAN
Bila wanita Barat tinggal di rumah dan tidak bekerja di luar karena menjaga, merawat rumah dan mendidik anaknya, maka orang akan memujinya karena ia rela berkorban dan tidak bekerja di luar rumah demi kepentingan rumah tangga dan keluarganya. Namun, bila wanita Muslimah tinggal di rumah menjaga harta suami, merawat dan mendidik anaknya, maka orang akan menuduhnya “terjajah” dan harus dimerdekakan dari dominasi kaum pria atau apa yang sering mereka katakan dengan kesetaraan gender dan “emansipasi”.
“Tetaplah kalian tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj sebagaimana tabarrujnya orang-orang jahiliah yang awal.” (Al-Ahzab: 33)

PENAMPILAN
Setiap  wanita Barat bebas ke kampus dan ke pasar dengan berbagai atribut hiasan dan pakaian yang “serba minim”, ketat dan menampakkan lekuk tubuhnya, dengan alasan itu mereka katakan adalah hak asasi mereka dan kemerdekaan mengekpresikan diri.
Namun, bila wanita Muslimah yang ke kampus atau ke tempat kerja dengan memakai pakaian Islaminya, maka orang akan menuduhnya “eksklusif” dan berfikiran sempit tidak sesuai dengan peraturan dan paradigma kampus atau tempat kerja mereka.
“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An-Nur: 31)

PENDIDIKAN
Bila anak-anak mereka sibuk dengan berbagai macam mainan yang mereka ciptakan, mereka akan mengatakan ini adalah pembinaan bakat, kecerdasan dan melatih kreativitas sang anak.
Namun, bila anak Muslim dibiasakan mengikuti pendidikan praktis agamanya atau masuk “Pondok Pesantren”, maka orang akan mengatakan bahwa pola pendidikan seperti itu “tidak punya harapan” dan memiliki masa depan yang suram. Padahal menuntut ilmu agama itu yang nomor satu baru kemudian ilmu umum.
“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” Hadits hasan diriwayatkan oleh sejumlah shahabat. Dishohihkan oleh Al-Albâny dalam Takhrîj Musykilatul Faqr hal 80.

JIHAD
Ketika Yahudi atau Nasrani membunuh dan membantai seseorang, atau melakukan Agresi ke negeri Islam khususnya di Palestina, Afghanistan, dan sebagainya, tidak ada yang mengaitkannya dengan agama mereka. Bahkan mereka mengatakan itu adalah hak mereka dan demi menyelamatkan masyarakat Muslim yang ada di sana. Akan tetapi, bila kaum Muslim berjihad melawan Agresi Yahudi atas Palestina, atau Amerika di Afghanistan, mereka pasti akan mengaitkannya dengan Islam dan menuduh kaum Muslim tersebut sebagai Milisi pemberontak dan teroris.
“Barangsiapa yang menyerang kamu maka seranglah ia, sebanding dengan serangannya terhadapmu.” (Al-Baqarah: 194)
 = = = = = = =

Semua ini disebabkan karena kurangnya perhatian kaum muslimin terhadap agamanya dan sunnah Rasul-Nya-shollallahu alaihi wasallam-. Kurangnya perhatian mereka menuntut ilmu syar’i karena kesibukan duniawi yang memalingkan mereka. Sementara mereka tak ada perhatian lagi dengan majelis ilmu dan majelis ta’lim. Akibatnya, agama dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terasa asing dan aneh di sisi mereka.
Fenomena berlombanya kaum muslimin memperbanyak harta benda dan fasilitas duniawi sehingga membuat mereka lupa terhadap agamanya merupakan sebab tersebarnya kejahilan. Jika semakin hari, semakin tersebar kejahilan, maka ketahuilah bahwa ini adalah salah satu diantara ciri dan tanda dekatnya hari kiamat.

Sumber artikel:

kaahil.wordpress.com: bagai menggenggam bara api islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula dalam keadaan asing maka berbahagialah orang-orang dikatakan asing

www.salaf.web.id: tanda-tanda akhir zaman islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana ia muncul dalam keadaan asing maka beruntunglah orang-orang asing.